Hari itu pun tiba, penjelasan dari papin yang begitu detail di Gua Maria, menambah hancur hatiku. Ternyata ada wanita lain yang pesonanya lebih dariku dimata papin. Selama ini aku percaya papin tidak akan tergoda dengan wanita lain, tetapi kepercayaan itu tidak berarti lagi, semuanya telah hancur oleh pesona wanita itu. Apa sebenarnya yang telah terjadi, secepat itu kah papin melupakan diriku, melupakan semua yang telah kami lewatkan bersama? Hanya dalam waktu 30 detik bertemu dan dilanjutkan dengan sms-smsan dan tlp-tlpnan wanita itu mengambil apa yang menjadi milikku. Banyak tanya dalam pikiranku, yang semuanya menjadi pikiran2 jelek. Begitu terpukulnya perasaanku, yang aku inginkan hanya menyudahi hidup ini, agar aku bisa tenang dan tidak merasakan kesakitan.
Semua berakhir begitu saja, tanpa ada
kejelasan siapa yang dipilih papin, apakah wanita itu ataukah aku?? Papin
datang kerumah untuk menjelaskan lagi semuanya padaku, namun sama saja semua
yang kudapatkan hanyalah ketidakjelasan hubungan kami. Banyak pertanyaan yang
aku berikan, semua dijawab dengan ketidakpastian papin. Aku hanya terdiam
mendengarkan papin menjelaskan kalau papin tidak memilih siapa2, aku, wanita
itu atau wanita lainnya, papin hanya merasakan bahwa papin sudah pada titik
kejenuhan / bosan dengan hubungan kami yang begitu-begitu saja. Entah apa yang
sudah diberikan wanita itu pada papin sehingga papin bisa berubah secepat kilat
menyambar.
Aku mengambil kesimpulan dari kalimat
papin yang mengatakan “Yesha sekarang yesha bebas”, kalau sebenarnya papin
ingin kami putus, mengakhiri hubungan kami, dengan begitu papin bisa leluasa
mendekati wanita manapun tanpa harus berbohong padaku lagi. Aku harus terima,
harus ikhlas menghadapi semua ini.
Dan semuanya berakhir dengan pelukan
yang diberikan papin padaku, walau rasanya berbeda tetapi tetap itu papinku...
papinku... papinku yang sangat sangat sangat aku sayangi sampai aku matipun.
Kujalani hidupku dengan penuh stres
dan tidak percaya diri lagi, semua keceriaan hilang dari dalam hidupku dan dari
wajahku yang terpancar hanyalah aura kesedihan dan kesengsaraan. Pohon besar
yang menopangku selama ini diambil orang, aku tidak tahu harus perpegang pada
siapa dan apa, dan akhirnya aku pun sampai pada titik terang dimana Dia yang
selalu ada untukku disaat apapun, kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun Dia
selalu ada untuku.